Virus corona atau COVID-19 menyebar lewat droplet yang terhirup oleh hidung atau mulut. Itulah sebabnya pemerintah dan tenaga medis beramai-ramai mengampanyekan "etika batuk dan bersin" dan rajin mencuci tangan.
Untuk seorang penderita menunjukkan gejala akibat infeksi virus corona, biasanya membutuhkan waktu 3-6 hari dari pertama kali terpapar. Sebagian penderita tidak memiliki gejala sama sekali namun bisa menjadi carrier bagi orang yang kontak dengannya. Istilah ini kemudian sering diberitakan, yaitu :
- ODP: Orang Dalam Pemantauan (Orang pernah berkontak langsung dengan pasien yang positif corona dan biasanya belum menunjukkan gejala sakit)
- PDP : Pasien Dalam Pengawasan (Orang yang sudah dirawat oleh tenaga kesehatan dan menunjukkan gejala sakit seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas)
- Suspect: Orang yang diduga kuat terjangkit infeksi COVID-19 dengan menunjukkan gejala virus corona seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas, pernah melakukan kontak dekat dengan pasien positif corona atau sudah mengarah ke penyakit infeksi virus corona, namun hasil laboratorium masih menunjukkan hasil negatif.
- Positif: Pasien yang sudah terkonfirmasi secara klinis dan laboratorium secara mikroskopis positif
Oleh karena itu, penting bagi semua orang untuk menganggap dirinya sebagai ODP yang tidak bergejala dan melakukan isolasi diri / physical distancing / #dirumahaja untuk mengurangi kontak dengan masyarakat lainnya.
Apakah menggunakan masker efektif mencegah penyebaran virus corona?
Perlu diketahui bahwa fungsi masker adalah melindungi orang lain dan diri sendiri dari penyebaran virus covid19. Seluruh lapisan masyarakat yang tidak bergejala diharapkan menganggap bahwa dirinya sudah positif dan mencegah penularan dengan membatasi diri untuk pergi keluar, rajin mencuci tangan, serta menggunakan masker apabila keluar rumah. Masker bedah yang digunakan oleh tim medis memiliki efektivitas hingga 80% mencegah penyebaran droplet. Masker N95 memiliki efektivitas lebih tinggi lagi dalam menangkal penyakit. Namun hal tersebut memiliki alasan tersendiri, karena dokter dan perawat memiliki kontak erat dengan pasien. Bagi masyarakat lain, cukup menggunakan masker kain reusable yang memiliki efektivitas hingga 60% dengan penggunaan dan bahan yang tepat.
Masker bedah memiliki kelonggaran di sisi-sisi kanan dan kiri sehingga memungkinkan droplet keluar atau terhirup oleh orang yang memakai masker. Selain itu, masker bedah yang digunakan secara tidak tepat (dipakai berulang kali, dipegang dengan tangan kotor, atau pemakaian yang tidak rapat) memungkinkan pencegahan penyebaran tidak maksimal. Solusi optimal adalah menggunakan masker kain 3 lapis dengan rajin mencuci tangan dan menerapkan physical distancing.
Bagaimana cara mengetahui masker yang efektif mencegah penyebaran virus corona?
Masker yang baik adalah yang memiliki kerapatan kain yang tinggi namun masih bisa bernapas. Terawang masker ke arah cahaya, apabila masker masih meneruskan cahaya, masker tersebut kurang rapat jahitan kainnya. Usahakan masker yang bagian luarnya bisa menahan droplet atau anti cipratan. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari droplet. Selain itu, masker harus rapat menutup hidung, mulut, dan dagu. Cuci masker setelah digunakan selama 4 jam. Masker seharusnya tidak berubah bentuk setelah dicuci.
Apa perbedaan antara masker earloop dan headloop?
Masker earloop dan headloop hanya berbeda di tali belakangnya. Masker earloop disangkutkan pada telinga, sedangkan masker headloop diikatkan pada belakang kepala seperti memakai mukena. Untuk yang menggunakan jilbab, masker headloop lebih disarankan karena menutup sempurna.
Apakah anda menggunakan masker saat bepergian keluar rumah? #yukpakaimasker
Sumber:
https://www.healthline.com/health/coronavirus-mask#types-of-masks