Buat Anda yang melewati Stasiun Tanah Abang tak lama setelah kerusuhan 22 Mei di Jakarta bisa jadi masih merasakan sisa-sisa gas air mata yang dilemparkan polisi untuk meredakan kericuhan massa.
Efek yang ditimbulkan dari gas air mata adalah rasa perih pada mata sampai mengeluarkan air mata, batuk, tenggoran kering, hingga sulit bernapas. Dokter Umum Aprilia Asthasari Siregar dari SamMarie Wijaya, Jakarta menjelaskan bahwasanya gas air mata atau lacrimator merupakan sekumpulan substansi yang menyebabkan iritasi pada kelenjar air mata dan pernapasan. “Tingkat berbahaya atau tidak masih bisa dikatakan ‘tidak terlalu berbahaya’, karena untuk menghilangkan iritasi tersebut bisa dilakukan dengan cara membersihkannya dengan air mengalir dan handuk bersih,” tambahnya. Dijelaskan dr. Aprilia lagi, efek gas air mata justru lebih berbahaya untuk penderita alergi seperti asma dan anak-anak. Secara fisik anak-anak lebih kecil, membuat kuantitas napas yang dilakukan per menitnya lebih sering, respons stres kardiovaskularnya juga terbatas bila dibandingkan dengan orang dewasa. Inilah yang membuat anak-anak lebih rentan terhadap reaksi paparan gas air mata. Seharusnya Gas Air Mata Tidak Berbahaya. Colleen Craft, MD, FAAP, President of the American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan kalau gas air mata adalah jenis agen saraf yang tidak hanya mengiritasi sel, tetapi mengaktifkan reseptor rasa sakit tertentu (TRPV1, TRPA1) yang mengarah pada rasa sakit hebat dan terbakar pada semua permukaan membran yang terkena. Reaksi pada mata menyebabkan produksi air mata yang intens dan terbakar, kram otot berlebihan (blepharospasm) di kelopak mata yang mengarah ke penutupan mata. Pada orang dengan asma, ini dapat menghasilkan bronkospasme (penyempitan jalannya pernapasan) bersamaan dengan meningkatnya produksi lendir yang dapat mengakibatkan mati lemas atau perasaan “tenggelam” dalam pernapasan sendiri. Tingkat reaksi tubuh Anda terhadap paparan gas air mata tentunya dipengaruhi oleh jumlah, lokasi (di dalam atau di luar ruangan), durasi paparan, dan seberapa cepat Anda membersihkan gas air mata dari bagian tubuh yang terkena. Walaupun begitu data penelitian dari European Lung Foundation menyebutkan kalau paparan gas air mata sejatinya tidak hanya memberikan reaksi jangka pendek melainkan berkepanjangan. Penggunaan gas air mata yang berulang dengan durasi lama dapat berdampak pada kesehatan orang yang tinggal dan bekerja di daerah dimana bahan kimia tersebut digunakan. Sesak napas, batuk berkepanjangan dan gangguan pada jalan napas (obstruksi jalan napas) bisa dialami oleh mereka yang terpapar dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Sumber : https://www.paprikaliving.com/ |
Location : Jalan Wijaya I No.45Email : [email protected]